Tentang Blog Ini

Blog ini adalah rangkuman perjalanan saya ke berbagai tempat di Indonesia dan di luar negeri.

Minggu, 16 Februari 2014

BANGKOK PART II, PERJALANAN PENUH REKOR


 Hal yang paling aku ingat tentang perjalanan di Bangkok adalah penghematan luar biasa yang kami lakukan di sana. Sebenarnya, pengalaman ini sama sekali bukan untuk ditiru. Tapi, kalau ada yang ingin uji nyali, boleh-boleh saja mencoba, tapi kami tak bertanggung jawab terhadap resiko-resikonya lho...



Rekor pertama kami adalah ketika mengunjungi Grand Palace di Kota Bangkok. Memasuki pintu gerbang istana tersebut, turis dibebasbiayakan. Tetapi untuk masuk ke dalam komplek istana, wisatawan dipungut biaya, untuk wisman harganya 500 Bath atau sekitar Rp 200 rb. Sebuah harga yang amat-sangat mahal bagi kami. Di lain pihak, untuk turis domestik, tidak dikenakan biaya sepeserpun. Dalam keadaan galau, aku dan Eka melangkahkan kaki menuju tempat pembelian tiket, melewatinya, dan melihat gerbang pemeriksaan tiket. Di sebelah kanan untuk wisman dan di sebelah kiri untuk turis domestik.

Kami sudah memutuskan bahwa tidak punya cukup budget untuk membeli tiket semahal itu. Tapi kami belum memutuskan apakah akan masuk atau tidak. Mengamati beberapa menit di jalur pemeriksaan tiket, melihat situasi, dan datanglah kesempatan. Serombongan wisatawan domestik masuk melalaui jalurnya. Kami tepat berada di jalur domestik tersebut. Beberapa perempuan berpakaian seperti nyonya-nyonya pejabat, berjalan dengan suara riuh sambil menyapa para petugas tiket dalam bahasa Thailand. Entah siapa menyeret siapa, tahu-tahu aku dan Eka berbaur dengan rombongan ibu-ibu tersebut. Berjalan sambil sedikit menunduk, terus berada di samping sang ibu pejabat supaya disangka babu mereka, dan berusaha bernafas normal.

Setelah melewati gerbang, berjalan beberapa meter ke dalam Grand Palace, saling melihat, aku dan Eka cekikikan tapi masih jantungan, tertawa tapi tetap merasa ketakutan. Yes, kami nembak tiket di Grand Palace Bangkok, 2 dikali 500 Bath, itu berarti 1,000 Bath atau sekitar Rp 400 rb. Itu rekor pertama kami.

Di hari ke-tiga, ketika di Ayuthaya, di salah satu wat atau temple atau candi, aku lupa yang mana, kami juga melakukan aksi jalan terus, dan tidak diminta membayar tiket. Hanya saja, harganya tidak terlalu mahal, kurang dari Rp 10 rb/orang. Dan tampaknya, memang banyak orang yang lewat begitu saja tanpa membayar tiket, terutama masyarakat lokal.

Keberuntungan kami di masalah keuangan belum berakhir. Seperti yang sudah aku paparkan di tulisan sebelumnya, kami mem-booking kamar hanya untuk 2 hari, dengan harapan dapat mencari hotel lain yang lebih murah. Tapi, setelah dipikir-pikir, aku dan Eka memutuskan menetap di hotel tersebut, untuk 2 hari berikutnya. Maka, pada hari ke-dua menginap, kami meneruskan penggunaan kamar. Untuk melanjut, kami diminta membayar bukingan 2 hari yang pertama, yaitu 2 x 450 Bath = 900 Bath. Pada hari terakhir, saat check out, kami harusnya membayar 900 Bath lagi. Namun, kami juga menerima 500 Bath uang jaminan yang kami setor saat check in.

Hari terakhir, kami check out. Transaksipun dilakukan. Awalnya, kukira akan langsung dimintai 900 Bath. Tapi ternyata si petugas memberikan 500 Bath uang deposit kami. Lalu, iapun mengucapkan terimakasih. Aku dan Eka saling pandang tanpa bicara. Sesaat sebelum beranjak, petugas mengatakan “wait”. Ah, ternyata ia ingat, begitu pikirku. Lalu, ia meminta kertas bukti pengambilan uang deposit. Setelah diberi, kembali ia mengucapkan terimakasih. Aku dan Eka pun beranjak. Sampai di luar hotel, kami saling lihat, tertawa cekikan, dan berjalan cepat ke arah jalan raya. Ya, kami tidak ditagih bayaran 2 hari terakhir menginap di hotel tersebut. Itu artinya kami beruntung 900 Bath. Tidak tahu mau bilang apa, selain tertawa. Ini bukan kehendak kami, tak direkayasa atau direncanakan seperti di Grand Palace, jadi kami anggap itu merupakan keberuntungan. Hanya saja, aku berharap agar petugas tersebut tidak ketahuan melakukan kesalahan sehingga dihukum oleh atasannya. Semoga.... Dan tentu saja, ini adalah rekor yang kami torehkan di Bangkok. Walau tidak menyarankan untuk melakukannya, tapi tentu saja amat menantang kalau ada yang mencoba mematahkan rekor tersebut. Berani???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar