Hal yang paling aku ingat tentang perjalanan di Bangkok adalah
penghematan luar biasa yang kami lakukan di sana. Sebenarnya,
pengalaman ini sama sekali bukan untuk ditiru. Tapi, kalau ada yang
ingin uji nyali, boleh-boleh saja mencoba, tapi kami tak bertanggung
jawab terhadap resiko-resikonya lho...
Rekor pertama kami adalah ketika mengunjungi Grand Palace di Kota
Bangkok. Memasuki pintu gerbang istana tersebut, turis
dibebasbiayakan. Tetapi untuk masuk ke dalam komplek istana,
wisatawan dipungut biaya, untuk wisman harganya 500 Bath atau sekitar
Rp 200 rb. Sebuah harga yang amat-sangat mahal bagi kami. Di lain
pihak, untuk turis domestik, tidak dikenakan biaya sepeserpun. Dalam
keadaan galau, aku dan Eka melangkahkan kaki menuju tempat pembelian
tiket, melewatinya, dan melihat gerbang pemeriksaan tiket. Di sebelah
kanan untuk wisman dan di sebelah kiri untuk turis domestik.
Kami
sudah memutuskan bahwa tidak punya cukup budget
untuk membeli tiket semahal itu. Tapi kami belum memutuskan apakah
akan masuk atau tidak. Mengamati beberapa menit di jalur pemeriksaan
tiket, melihat situasi, dan datanglah kesempatan. Serombongan
wisatawan domestik masuk melalaui jalurnya. Kami tepat berada di
jalur domestik tersebut. Beberapa perempuan berpakaian seperti
nyonya-nyonya pejabat, berjalan dengan suara riuh sambil menyapa para
petugas tiket dalam bahasa Thailand. Entah siapa menyeret siapa,
tahu-tahu aku dan Eka berbaur dengan rombongan ibu-ibu tersebut.
Berjalan sambil sedikit menunduk, terus berada di samping sang ibu
pejabat supaya disangka babu mereka, dan berusaha bernafas normal.
Setelah melewati gerbang, berjalan beberapa meter ke dalam Grand
Palace, saling melihat, aku dan Eka cekikikan tapi masih jantungan,
tertawa tapi tetap merasa ketakutan. Yes, kami nembak tiket di Grand
Palace Bangkok, 2 dikali 500 Bath, itu berarti 1,000 Bath atau
sekitar Rp 400 rb. Itu rekor pertama kami.
Di
hari ke-tiga, ketika di Ayuthaya, di salah satu wat
atau temple atau
candi, aku lupa yang mana, kami juga melakukan aksi jalan terus, dan
tidak diminta membayar tiket. Hanya saja, harganya tidak terlalu
mahal, kurang dari Rp 10 rb/orang. Dan tampaknya, memang banyak orang
yang lewat begitu saja tanpa membayar tiket, terutama masyarakat
lokal.
Keberuntungan
kami di masalah keuangan belum berakhir. Seperti yang sudah aku
paparkan di tulisan sebelumnya, kami mem-booking
kamar hanya untuk 2 hari, dengan harapan dapat mencari hotel lain
yang lebih murah. Tapi, setelah dipikir-pikir, aku dan Eka memutuskan
menetap di hotel tersebut, untuk 2 hari berikutnya. Maka, pada hari
ke-dua menginap, kami meneruskan penggunaan kamar. Untuk melanjut,
kami diminta membayar bukingan 2 hari yang pertama, yaitu 2 x 450
Bath = 900 Bath. Pada hari terakhir, saat check out,
kami harusnya membayar 900 Bath lagi. Namun, kami juga menerima 500
Bath uang jaminan yang kami setor saat check in.
Hari
terakhir, kami check out.
Transaksipun dilakukan. Awalnya, kukira akan langsung dimintai 900
Bath. Tapi ternyata si petugas memberikan 500 Bath uang deposit kami.
Lalu, iapun mengucapkan terimakasih. Aku dan Eka saling pandang tanpa
bicara. Sesaat sebelum beranjak, petugas mengatakan “wait”. Ah,
ternyata ia ingat, begitu pikirku. Lalu, ia meminta kertas bukti
pengambilan uang deposit. Setelah diberi, kembali ia mengucapkan
terimakasih. Aku dan Eka pun beranjak. Sampai di luar hotel, kami
saling lihat, tertawa cekikan, dan berjalan cepat ke arah jalan raya.
Ya, kami tidak ditagih bayaran 2 hari terakhir menginap di hotel
tersebut. Itu artinya kami beruntung 900 Bath. Tidak tahu mau bilang
apa, selain tertawa. Ini bukan kehendak kami, tak direkayasa atau
direncanakan seperti di Grand Palace, jadi kami anggap itu merupakan
keberuntungan. Hanya saja, aku berharap agar petugas tersebut tidak
ketahuan melakukan kesalahan sehingga dihukum oleh atasannya.
Semoga.... Dan tentu saja, ini adalah rekor yang kami torehkan di
Bangkok. Walau tidak menyarankan untuk melakukannya, tapi tentu saja
amat menantang kalau ada yang mencoba mematahkan rekor tersebut.
Berani???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar