Tentang Blog Ini

Blog ini adalah rangkuman perjalanan saya ke berbagai tempat di Indonesia dan di luar negeri.

Sabtu, 15 Maret 2014

DANAU TOBA: Yang Dikenal, Yang Diingat, Yang Dilupakan, Dan Yang Masih Tersembunyi-Part II

Seperti dugaan, setelah aku publish tulisan pertama tentang Danau Toba, langsung ada yang berkomentar miring tentang kondisi danau kebanggaan Sumatera Utara itu. Ya, tentang betapa banyak kotoran di sekitar danau tekto-vulkanik itu. Mungkin orang yang bersangkutan sudah berpengalaman menginjak kotoran di sekitar wilayah Danau Toba. Dan aku yakin, dia tak sendiri. Pasti ada korban-korban lain di luar sana yang juga merasakan pengalaman buruk yang sama. Sebagai orang Sumatera Utara, pasti kejadian ini sangat tidak membanggakan. Dan bukan rahasia lagi kalau tabiat orang Indonesia itu mirip, dari Merauke sampai ke Sabang. Kita selalu abai pada lingkungan dan hanya ingin mengeksplorasinya tanpa melakukan perawatan. Itulah yang terjadi pada kota Parapat dalam beberapa tahun ini, tak terawat.



Untungnya, bagiku Danau Toba tak sebatas Parapat-Samosir. Setelah dua kali menyambangi Silalahi, aku beberapa kali pelesir ke sudut-sudut lain di sekitar Danau Toba. Salah satunya adalah Pusuk Buhit. Gunung ini, walau tak sempat kudaki, tapi sudah beberapa kali kusinggahi, sekadar melihat pemandangan sekalian mandi air panas. Setelah bekerja di sebuah LSM yang mayoritas stafnya berasal dari wilayah di sekitar Danau Toba, aku mendapat semakin banyak referensi tentang berwisata di Danau Toba. Yang jelas, aku hampir selalu menyingkirkan Parapat sebagai tujuan wisata.

Namun, tetap saja, wisata di Danau Toba belum benar-benar mengena di hati. Aku ingin sebuah perjalanan wisata yang memenuhi seluruh aspek kewisataan, alam, makanan, sampai akomodasi penginapan. Maka akupun mengingat seorang teman yang pernah membawaku dan beberapa kawan-kawan feminis muda Medan untuk menginap di sebuah tempat di pinggir Danau Toba. Dalam perjalanan, kami singgah di sebuah warung tuak. Mendengarkan para pria memetik gitar sambil menyanyikan lagu Batak. Sayang, tak ada hidangan khas Batak, seperti yang kutemui ketika di Silalahi waktu itu.

Ketika harus membuat sebuah paket wisata yang lengkap dengan unsur kuliner, budaya, dan alam, akupun mempertimbangkan beberapa kemungkinan. Sampai akhirnya kuputuskan untuk menghubungi Ros, teman yang mendampingi masyarakat di salah satu wilayah di sekitar Danau Toba. Dalam pembicaraan melalui pesan facebook, ia menceritakan banyak hal tentang sebuah tempat bernama Lumban Julu. Ada rumah Batak untuk tempat menginap, sungai di pinggir hutan lindung di dekat desa, sawah berundak-undak, air terjun yang langsung mengalir ke Danau Toba, makanan ikan khas Batak, dan berbagai penganan lainnya. Ah, ini seperti mimpi saja. Tak sabar aku ingin segera pulang ke Medan, dan membuktikan apakah semua yang dikatakannya itu benar-benar ada. Tempat yang ia ceritakan itu rasanya seperti gambaran surga wisata. Aku benar-benar ingin membuktikannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar